Sunday, January 15, 2017

5 Tahun Paroki Alam Sutera

Foto Gereja Santo Laurensius.

5 Tahun Paroki Alam Sutera

Pada hari 15 Januari 2012 tepat ulang tahun ke-5 sebagai Paroki yang pada hari Minggu, 15 Januari 2012, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo menerbitkan Surat Penegasan Pendirian Paroki Santo Laurensius, Alam Sutera – Serpong Utara, Tangerang, dengan no : 025A/3.15/2012.  Juga melantik Dewan Paroki dan Pengurus Gereja dan Dana Papa Roma Katolik Gereja Santo Laurensius, Alam Sutera – Serpong Utara, Tangerang Selatan.

Perayaan Ulangtahun Paroki diperingati secara sederhana dengan Misa  konselebrasi sebagai selebran utama Romo Hadi dan  konselebran Romo Wiryo dan Romo Danto pada Misa pukul 8:30 pagi.



Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta 2016-2020

Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta 2016-2020
Gereja Keuskupan Agung Jakarta sebagai persekutuan dan gerakan umat Allah bercita-cita menjadi pembawa sukacita Injili dalam mewujudkan Kerajaan Allah yang Maha Rahim dengan mengamalkan Pancasila demi keselamatan manusia dan keutuhan ciptaan.
Atas dorongan Roh Kudus, berlandaskan spiritualitas inkarnasi Yesus Kristus, serta semangat Gembala Baik dan Murah Hati, umat Keuskupan Agung Jakarta berupaya menyelenggarakan tata-pelayanan pastoral-evangelisasi agar semakin tangguh dalam iman, terlibat dalam persaudaraan inklusif, dan berbelarasa terhadap sesama dan lingkungan hidup.Keuskupan Agung Jakarta, kaj
Melalui tata-pelayanan pastoral-evangelisasi yang sinergis, dialogis, partisipatif dan transformatif, seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta berkomitmen untuk:
  1. Mengembangkan pastoral keluarga yang utuh dan terpadu.
  2. Meningkatkan kualitas pelayan pastoral dan kader awam.
  3. Meningkatkan katekese dan liturgi yang hidup dan memerdekakan.
  4. Meningkatkan belarasa melalui dialog dan kerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik untuk mewujudkan masyarakat yang adil, toleran dan manusiawi khususnya untuk mereka yang miskin, menderita dan tersisih.
  5. Meningkatkan keterlibatan umat dalam menjaga lingkungan hidup di wilayah Keuskupan Agung Jakarta.
Semoga Allah Yang Maha Rahim, yang telah memulai pekerjaan baik dalam diri kita, berkenan menyempurnakannya dan Bunda Maria menyertai, menuntun serta meneguhkan upaya-upaya kita.  

wilayah dan lingkungan

Wilayah

 
PEDOMAN DASAR DEWAN PAROKI (PDDP) KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA TAHUN 2014
BAB III TUGAS DEWAN PAROKI
Pasal 17 Wilayah
1. Suatu Wilayah dikoordinasikan oleh Koordinator Wilayah. 2. Koordinator Wilayah diangkat oleh Dewan Paroki Harian dari antara calon-calon yang diusulkan oleh musyawarah Lingkungan masing masing. 3. Koordinator Wilayah bertugas:
  • a. mengkoordinasikan kegiatan pelayanan pastoral yang sungguhsungguh diperlukan oleh Lingkungan-lingkungan yang berada di wilayahnya, yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh Lingkungan.
  • b. memimpin rapat koordinasi Wilayah dalam mengembangkan dan mencari solusi atas persoalan pelayanan pastoral umat sehari hari.
  • c. mewakili Lingkungan-lingkungan yang berada di wilayahnya dalam rapat-rapat Dewan Paroki Inti untuk memberikan masukan tentang perkembangan atau persoalan wilayahnya kepada Dewan Pengurus Harian dalam rangka penyusunan Program Pelayanan Paroki maupun mencari solusi atas pelayanan sehari-hari.
  • d. memastikan bahwa Program Pelayanan Paroki dapat terlaksana Pedoman Dasar Dewan Paroki 2014 Pedoman Dasar Dewan Paroki 2014 53 dengan baik dalam Lingkungan-lingkungan yang berada dalam wilayahnya.
4. Mengingat tugasnya koordinatif, bila dikehendaki jabatan Koordinator Wilayah dapat dirangkap oleh salah seorang Ketua Lingkungan dalam Wilayah yang bersangkutan. 5. Koordinator Wilayah membentuk kepengurusan dengan sesederhana mungkin, terdiri dari satu orang Koordinator dan seorang sekretaris saja . 6. Koordinator Wilayah ikut serta menghidupkan suasana Kristiani dalam Lingkungan-lingkungan yang dikoordinasikannya.
Pasal 18 Lingkungan
1. Lingkungan dipimpin oleh Ketua Lingkungan. Jumlah anggota Lingkungan sebaiknya terdiri dari 20 sampai 40 Kepala Keluarga. 2. Ketua Lingkungan diangkat dengan surat keputusan oleh Dewan Paroki Harian dari antara calon-calon yang diusulkan melalui musyawarah umat Lingkungan yang bersangkutan. 3. Ketua Lingkungan membentuk Pengurus Lingkungan sesuai dengan kebutuhan, tetapi sebaiknya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa koordinator pelayanan. 4. Para Ketua Lingkungan dilantik oleh Pastor Kepala dalam suatu Perayaan Ekaristi untuk masa bakti 3 tahun. 5. Ketua bersama Pengurus Lingkungan bertugas:
  • a. Mengatur penyelenggaraan Ekaristi dan ibadat Lingkungan, serta 54 Pedoman Dasar Dewan Paroki 2014 Pedoman Dasar Dewan Paroki 2014 pengajaran dan pendalaman iman bagi warga Lingkungan.
  • b. Mengikutsertakan umat Lingkungan sehubungan dengan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam keluarga warga Lingkungan, seperti kelahiran, pembaptisan, pertunangan, perkawinan, sakit, kematian, dsb.
  • c. Mewujudkan solidaritas kepada warga Lingkungan yang menderita dan berkekurangan; yang sakit dan lanjut usia.
  • d. Memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan Katolik sejak dini dan mengupayakan agar kaum muda mendapatkan pendampingan dalam pembentukan nilai-nilai Kristiani.
  • e. Bekerjasama dengan seluruh warga Lingkungan untuk menemukan ungkapan-ungkapan kreatif yang melibatkan semakin banyak warga.
  • f. Mengusahakan agar warga Lingkungan yang belum bisa aktif tetap disapa, menjadi bagian dari persaudaraan Lingkungan, dan tetap mendapatkan pelayanan pastoral.
  • g. Mengusahakan terwujudnya semangat persaudaraan dan pelayanan antar warga Lingkungan dan dengan warga masyarakat sekitar.
  • h. Mendorong warga Lingkungan agar berperanserta dalam kegiatankegiatan RT/RW setempat.
  • i. Melakukan pendataan warga Lingkungan supaya mereka semakin terlayani.
6. Dalam pelaksanaan tugasnya Ketua Lingkungan berkoordinasi dengan Koordinator Wilayah serta didampingi oleh Dewan Paroki Harian.

Pelindung Gereja - Santo Laurensius, Martir

Pelindung Gereja

 

Santo Laurensius, Martir

Laurensius lahir pada abad III di Via Tiburtino, Roma, dari keluarga bangsawan yang kaya. Ayahnya bernama Crence dan ibunya Patience. Pada waktu itu orang Kristen sudah mempunyai banyak pengikut, namun masih menderita banyak kesukaran, terutama dari penguasa Romawi yang kejam. Kaisar Romawi pada waktu itu adalah Valerianus yang menuntut penyembahan dewa-dewa kepada semua warganya. Padahal orang-orang Kristen dengan giatnya menyebarkan Injil, yang bertentangan dengan penyembahan dewa-dewa. Maka, mereka pun menghadapi resiko yang amat besar. Banyak dari mereka yang kemudian ditangkap dan dibunuh atas perintah kaisar. Ketika itu Laurensius belum dibaptis, namun ia amat tertarik kepada ajaran Kristus. Ia sering pergi ke Gereja dan mendengarkan dengan tekun khotbah dan pengajaran Katolik, sehingga ia pun layak dipermandikan. Kemudian Laurensius menjadi seorang Katolik yang amat saleh dan bersemangat untuk menyebarkan agamanya. Selain saleh, ia juga didapati amat dekat dengan rakyat jelata. Oleh karena kebaikannya ini, Paus Sixtus II (257-258) berkenan mengangkatnya menjadi diakon. Laurensius termasuk salah satu dari ketujuh diakon agung yang membantu Sri Paus di Roma. Oleh Paus Sixtus, Laurensius ditugaskan mengurus harta kekayaan Gereja dan membagi-bagikan derma kepada para fakir miskin di seluruh kota Roma. Ia menunaikan tugasnya dengan sabar, penuh cintakasih, dan halus budi. Ia berhasil menarik orang-orang tak terpelajar dan kaum miskin ke Gereja. Tentu saja Kaisar menjadi marah sekali mendengar itu semua dan semakin gigih mengejar umat Kristen. Penganiayaan dan pengejaran itu meluas ke seluruh kota Roma, hingga Yang Mulia Bapa Suci pun terpaksa berdiam di bawah tanah di dalam katakombe. Di dalam katakombe-katakombe itulah para imam mengurbankan Misa suci. Pada tanggal 6 Agustus 258, katakombe Praetextatus masih gelap. Di segala penjuru sunyi senyap, pintu batu yang menganga lebar tidak pula ditembusi sinar terang. Tiba-tiba orang yang menjaga pintu melihat nyala lilin di dalam kegelapan. Ia bangkit tegak berdiri, siap dengan senjatanya. Nyala lilin makin mendekat, 8 orang nampak bersama-sama mendekati pintu “Pax Christi, Salam Kristus bagimu,” bisik si penjaga pintu. Serentak mereka memberikan jawaban, “Pax Christi.” Penjaga pintu pun berlutut, ketakutannya lenyap. Kedelapan orang itu lalu masuk ke bagian paling dalam dari katakombe. Di tempat itulah Sri Paus Sixtus II hendak mempersembahkan Misa. Lilin di kanan kiri altar telah dinyalakan. Misa dimulai, imam Quartus, diakon Laurensius yang jenaka, serta keenam diakon lainnya dengan khidmat berlutut di depan altar. “Kyrie eleison... Christe eleison....,”berbagai doa permohonan turut serta dipanjatkan ke hadirat Tuhan. Ketika Misa sampai pada Gloria... tiba-tiba terdengarlah jerit penjaga pintu, suaranya tercekik, tak jelas, minta tolong...! Jeritan disusul teriakan dahsyat bergema di segala penjuru katakombe. Segerombolan serdadu ganas telah masuk ke kapel di katakombe; jalan masuk telah mereka temukan. Penjaga pintu mereka bunuh. Dengan kasar ditariknyalah Sri Paus Sixtus II dari altar suci. Sebentar saja kedua tangan beliau telah terikat erat-erat bersilang di belakang. Ketujuh orang diakon dan imam berusaha menolong tetapi jumlah serdadu jauh lebih banyak dan bersenjata lengkap sehingga tak lama mereka pun ikut terbelenggu semua. “Hai saudara-saudara, apa sebabnya kamu menangkap saya?” tanya Sri Paus. “Tak perlu tanya-tanya!” jawab serdadu-serdadu tanpa sopan. “Lihat apa ini? Tak mengertikah kau akan edictum Kaisar Valerianus ini?” “Kaisar menyuruhmu menangkap saya,” ujar Bapa Suci setelah menatap edictum itu. “Tak salah katamu!” “Tangkaplah saya, tetapi biarkan diakon-diakon ini tinggal di sini,” kata Bapa Suci tanpa gentar sedikit pun menghadapi maut. “Tak ada perkecualian!” Maka Sri Paus, imam Quartus dan keenam diakon pun diseret keluar dan dihadapkan ke pengadilan walikota Roma. Kemudian Sri Paus Sixtus dibawa kembali ke katakombe Praetextatus untuk dihukum mati di sana. Sementara itu Laurensius meminta agar walikota memperbolehkannya ikut serta pergi ke katakombe. Akhirnya, dengan dikawal serdadu Laurensius menyusul Sri Paus Sixtus II yang telah berada di sana. Hampir terlambat... serdadu telah mengayunkan kapaknya. Cepat bagaikan kilat Laurensius berteriak, menjatuhkan dirinya, dan mencium kaki Sri Paus Sixtus II. “Oh, Bapa Suci, engkau tidak akan pernah pergi tanpa diakonmu ini!” “Laurensius, tabahkanlah hatimu. Biarkanlah aku mendahuluimu,” demikian kata Bapa Suci menenangkan Laurensius. Serdadu terpaku, kapak perlahan-lahan kembali ke bahunya. “Ah Bapa Suci, pernahkah aku tidak setia kepadamu? Pernahkah aku mengingkarimu? Bapa Suci, aku ikut serta denganmu,” pinta Laurensius. “Kudoakan, jangan berkecil hati. Tak lama lagi engkau akan menyusul aku ke hadirat Tuhan. Bahkan penderitaanmu akan lebih besar dari ini. Tinggallah sebentar. Bagikanlah derma dan dana yang ada pada Gereja ke-pada orang-orang miskin. Sudah Laurensius, sekian!” Sang algojo pun sudah tak sabar, kapak diangkat tinggi-tinggi, dan... kepala Bapa Suci pun terguling jatuh ke tanah. Laurensius tak bergerak, air matanya meleleh jatuh ke pangkuannya. Tak lama kemudian Laurensius pun dibawa kembali ke hadapan pengadilan walikota. Tentunya walikota Roma sangat senang melihat Laurensius dihadapkan kembali kepadanya. Mukanya berseri-seri seolah-olah tak tahu menahu akan kepedihan hati Laurensius. “Saudaraku Laurensius, saya merasa kasihan padamu. Kau masih muda, tampan pula rupamu. Janganlah kau bertegar hati dengan kepercayaanmu itu.” “Apa gunanya berbicara denganmu, hai Tuan Mulia! Apa yang ingin kauperbuat terhadap diriku, lakukanlah dengan segera,” jawab Laurensius dengan jenaka. Walikota tak menampakkan kemarahannya, bahkan ditutupinya dengan senyum manis yang dibuat-buat. “Laurensius, aku tak bermaksud membunuh engkau, asal...” “Aku tak akan mengingkari imanku!” jawab Laurensius. “Bukan begitu yang kumaksud.” “Apa lagi?” “Tak perlu kauingkari imanmu, asalkan kau mau menyerahkan semua harta benda Gereja yang kaukuasai itu kepada kekaisaran Roma guna kepentingan perangnya. Aku jamin dengan demikian engkau akan selamat.” “Harta benda Gereja?” “Ya, semua uang dan semua harta bendanya.” “Baik, aku bersedia menyerahkan, tetapi beri aku waktu 3 hari untuk mempertimbangkan ini semua masak-masak.” “Laurensius sahabatku, bagus betul keputusanmu. Engkau akan selamat!” Lalu Laurensius pun dilepaskan dari penjara. Setelah lepas dari penjara, Laurensius menjalankan tugasnya, yaitu dengan cara membagikan harta benda kepada fakir miskin. Bahkan ia menjelajah segala pelosok kota Roma sampai ke pedusunan-pedusunan pula. Ia mengumpulkan orang-orang sakit, janda, anak-anak yatim piatu dan terlantar, para pengemis di pinggiran jalan-jalan; mereka semua diarak ke kota Roma. Di sanalah mereka mendapat makanan dan pakaian dari Laurensius. Berduyun-duyun segala orang miskin dengan segera membanjiri kota, hingga selama dua hari terkumpullah sekitar 1500 orang, tua muda, besar kecil, laki-laki dan perempuan. "Saudara-saudariku sekalian,” demikian seru Laurensius kepada mereka. “Tuhan telah berkenan mengumpulkan kamu semua di kota ini. Lihatlah, Tuhan telah memberi kamu apa saja yang kamu butuhkan. Ambillah ini, pakailah, itu semua untukmu, dan berterima kasihlah kepada Tuhan.” Serentak mereka semua berlutut bersyukur, “Terima kasih, ya Tuhan.” “Hai saudara-saudariku, hanya satu permintaanku kepadamu. Datanglah besok pagi kekoloseum menghadap pengadilan kota Roma,” demikian Laurensius melanjutkan. “Akan dihukumkah kami?” tanya orang-orang miskin itu. “Jangan takut, Tuhan akan melindungimu.” Pada keesokan harinya, yaitu pada hari ketiga, Laurensius bersama dengan sekitar 1500 orang miskin dan sengsara pergi me-nuju Colloseum di kota Roma. Pengadilan kota Roma telah siap menanti kedatangan Laurensius yang akan menyerahkan semua harta benda Gereja kepada Kaisar. “Ha-ha-ha, selamat datang Laurensius! Kaisar akan sangat gembira menyambutmu. Sudah siapkah engkau menyerahkan semua harta benda itu?” “Ya Tuan, semua sudah siap!” “Bagus benar! Di manakah harta benda itu?” “Semuanya telah kubawa ke sini. Lihatlah, semuanya telah sedia!” Di dekat koloseum orang-orang yang datang bersama Diakon Laurensius telah tak sabar lagi menanti, gaduh benar suaranya. Walikota pun dengan diiringi Laurensius datang ke tempat orang-orang itu berkumpul. “Mana harta benda yang kaukatakan tadi?” “Tuan walikota yang terhorhat, ambillah dan peliharalah orang-orang miskin dan sengsara ini.Mereka inilah yang menjadi kekayaan Gereja. Ambillah, persembahkanlah kepada Kaisar.” Walikota pun segera naik pitam, “Kurang ajar! Gila betul, engkau memperolok-olok saya. Serdadu, tangkap orang gila ini! Bawa ke tempat penggorengan!” Serdadu pun menangkap Laurensius, menanggalkan bajunya, dan menariknya ke atas penggorengan. Kaki tangannya terikat erat pada sisi-sisi tempat tidur besi. Orang-orang miskin yang hadir di situ terkejut mendengar keputusan ini. Mereka berusaha membela Laurensius dan melepaskannya, tetapi tak berdaya melawan para serdadu yang bersenjata lengkap. Dengan menggerutu walikota duduk di dekat penggorengan tempat Laurensius terentang. Di sekeliling tempat itu para pembesar kota juga telah hadir untuk menyaksikan pertunjukan yang sangat mengerikan itu. Walikota berdiri tegak dan dengan garang memandang Laurensius, “Algojo! Ambil alat penyesahmu. Cambuk orang gila ini sampai sepuasmu!” Walau tubuh Laurensius ge-etar penuh luka, namun wajahnya tetap tersenyum. “Ya Tuhan, kuatkanlah hambamu ini,” bisiknya dalam hati. Para penonton kagum, mereka menggeleng-gelengkan kepala. Walikota semakin marah, ia merasa terhina. “Ambil kayu bakar, nyalakan api di bawah penggorengan itu!” Kayu mulai menyala dan dengan perlahan membakar daging Laurensius sedikit demi sedikit. Namun, wajah Laurensius yang menatap orang-orang di sekelilingnya memancarkan sinar yang indah. Setelah penderitaan yang lama, ia berpaling kepada walikota dan berkata dengan senyum yang gembira, “Hai, Tuan Walikota yang mulia! Suruhlah serdadu-serdadumu ini membalikkan tubuhku ini, sebab yang sebelah bawah telah masak. Suruhlah balikkan agar yang sebelah lain masak juga!” Dengan marah dan geram walikota berteriak, “Serdadu, besarkan api! Buat api berkobar-kobar, seganas mungkin!” Tiba-tiba walikota mundur sedikit. Semua yang hadir berpandang-pandangan, kerongkongan mereka bagai tersumbat. Ada apa gerangan? Dari tubuh yang menderita itu tersebar aroma yang harum memenuhi seluruh tempat itu. “Bau apa ini?” mereka berbisik-bisik. Tak seorang pun dapat menjawab; mereka sangat ketakutan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sementara itu Laurensius yang gagah berani telah menghadap ke hadirat Tuhan sebagai seorang ksatria Kristus..... Banyak di antara mereka yang hadir sangat kagum akan ketabahan Sang Martir ini. Seketika itu pula banyak dari mereka bertobat, berpaling kepada Kristus, dan minta dipermandikan. Sebagian orang lainnya meminta tubuh Sang Martir yang telah hangus itu, dan menguburkannya di Ciriaca dalam Kampus Verano di Via Tiburtina; ketika itu tanggal 10 Agustus 258. Di kemudian hari, pada zaman Kaisar Konstantinus Agung, di atas makam Diakon Laurensius didirikan sebuah gereja megah yang melambangkan keperwiraan Sang Martir. St. Ambrosius mengemukakan bahwa walaupun tubuh St. Laurensius terbakar di atas benda yang bernyala dengan api, tetapi api cinta Tuhan jauh lebih berkobar-kobar di dalam hatinya, dan membuatnya tidak lagi menghiraukan rasa sakit yang dideritanya. Dalam tulisan-tulisan St. Agustinus dikatakan, “Martir ini tidak merasakan siksaan-siksaan para penyiksanya, karena begitu mendalam keinginannya untuk memiliki Kristus.” Karunia-karunia kecil diberikan kepada orang-orang yang berdoa dengan perantaraan St. Laurensius supaya mereka terdorong untuk memohon karunia yang lebih besar, yaitu cinta kasih kepada sesama dan kesetiaan kepada Kristus. “Jiwaku melekat pada-Mu, ya Tuhan, dan tubuhku dipanggang demi nama-Mu.”   Sumber : http://www.carmelia.net  

http://www.santo-laurensius.org/tentang-kita/pelindung-gereja/

SEJARAH PAROKI ALAM SUTERA, SERPONG UTARA Gereja Santo Laurensius Sebagai Paroki ke-62 di Keuskupan Agung Jakart

Sejarah Paroki

 
SEJARAH PAROKI ALAM SUTERA, SERPONG UTARA Gereja Santo Laurensius Sebagai Paroki ke-62 di Keuskupan Agung Jakarta Pada awalnya adalah sebuah mimpi.  Mimpi yang kemudian dirajut menjadi sebuah harapan.  Dengan sebuah usaha, kerja keras, keringat dan air mata, maka harapan itu menjadi sebuah kenyataan. Demikian pula yang terjadi pada kelompok-kelompok umat yang tinggal di perumahan Gading Serpong, Alam Sutera, dan yang tinggal di kawasan hunian sekitarnya.  Memerlukan waktu dan jarak tempuh lebih dari 10 Km untuk sampai dan beribadah di Gereja Santa Monika, BSD City.  Beberapa wacana muncul untuk membeli sebidang tanah di Gading Serpong, namun belum berwujud.  Hingga tiba saatnya di awal tahun 2004, salah satu keluarga Katolik bersama pengembang PT Alfa Goldland Realty di Alam Sutera berbincang dengan Pastor Paroki di Santa Monika, Serpong.  Kerinduan akan adanya sebuah Gereja akan segera diwujudkan melalui pemanfaatan lahan di perumahan Alam Sutera, yang letaknya tepat di samping kompleks Sekolah Santa Laurensia Pastor beserta Dewan Paroki Santa Monika menyambut niat baik tersebut dengan membentuk Panitia Pembangunan Gereja pada 19 Maret 2004.  Sebulan kemudian, 20 April 2004, Bp. Ign. Haryanto Tirtohadiguno sebagai Ketua Umum dilantik beserta segenap jajaran Panitia Pembangunan Gereja (PPG) Santo Laurensius.  Nama Pelindung Santo Laurensius dipilih semata-mata tanpa maksud mendekatkan diri dengan Sekolah Santa Laurensia yang menghormati nama pelindungnya Santo Laurensius dari Brindisi.  Santo Laurensius yang dipilih untuk Pelindung PPG adalah seorang martir, yang diperingati setiap 10 Agustus.  Misa Pelantikan dipersembahkan oleh Pastor Paroki Santa Monika Serpong, RP Y.D. Widyasuharjo, OSC. Proses legalisasi PPG semakin diperkuat dengan terbitnya Keputusan Uskup Agung Jakarta, Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ., dalam Pembentukan Pengurus Gereja dan Dana Papa Roma Katolik (PGDP) Gereja Santo Laurensius, pada 4 Mei 2004.  Ketua PGDP Santo Laurensius dijabat secara ex officio oleh Pastor Kepala Paroki Santa Monika, Serpong. Selanjutnya badan hukum PGDP itu pun dikukuhkan dengan Akta Notaris No.8 oleh Notaris Nanny Sri Wardani pada 21 Mei 2004.  Sementara itu desain dan gambar teknis gereja disetujui oleh Pastor Stefanus Roy Djakarya, Pr., Biro Hukum dan Pertanahan Keuskupan Agung Jakarta, pada 9 September 2004. Syukur kepada Tuhan.  Di tengah maraknya berita tentang sulitnya memperoleh izin membangun Gereja di kawasan Provinsi Banten, namun justru pada 6 Mei 2005, Bupati Kepala daerah Tingkat II Tangerang, Drs. H. Ismet Iskandar, berkenan menerbitkan Izin Pendirian Bangunan Gereja Katolik yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bupati Tangerang nomor 593/Kep.143-Huk/2005.  Dinas Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Tangerang atas nama Bupati segera menindaklanjuti dengan mengeluarkan surat Izin Mendirikan Bangunan dengan no surat 645.8/787-DBP/2005, pada 31 Mei 2005. Dengan memegang izin dari pihak Gereja maupun Sipil, maka PPG memohon ke Paroki Santa Monika agar dapat diperkenankan menyelenggarakan perayaan ekaristi mingguan di lokasi yang berdekatan dengan tanah yang akan dibangun gereja di atasnya.  Dewan Paroki mendukung usulan tersebut, dan menunjuk Bp. Danurdoro Susetio atau yang biasa dipanggil Pak Wawan untuk membentuk Tim Liturgi yang bertugas mempersiapkan Peletakan Batu Pertama dan menangani penyelenggaraan Perayaan Ekaristi mingguan.  Pastor Antonius Suprapto, SSCC pun menerima perutusan untuk mendampingi reksa pastoral tim liturgi tersebut disamping juga mendampingi PPG.  Akhirnya dengan diiringi doa triduum memohon tuntunan Roh Kudus pada 3 hari sebelumnya, maka Ibadat Pemberkatan Tiang Pancang dan Peletakan Batu Pertama berhasil dlaksanakan pada 10 September 2005.  Ibadat dipimpin RD Stefanus Roy Djakarya bersama RP Y.D. Widyasuharjo, OSC., dan Pastor Antonius Suprapto, SSCC.  Selanjutnya pada 27 November 2005, Perayaan Ekaristi perdana berhasil terlaksana di Gymnasium Sekolah Santa Laurensia, sebagai Misa ke-7 dari Paroki Santa Monika, Serpong. Pembangunan mulai dilakukan, setahap demi setahap, perlahan namun pasti.  Mulai dari pembangunan struktur, sampai dengan akhirnya topping off pada 22 Juli 2007.  Penggalangan dana juga terus dilakukan oleh PPG dan tim kerjanya tanpa mengenal lelah.  Pastor pendamping pun silih berganti, mulai dari RP Antonius Suprapto, SSCC., kemudian RP Serafin Danny Sanusi, OSC., hingga RP Donatus Manalu, OSC. Memasuki tahun 2007, perkembangan jumlah umat semakin meningkat, sehingga membutuhkan pelayanan yang lebih baik, tidak hanya untuk bidang peribadatan saja.  Maka Dewan paroki Santa Monika pun atas izin Bapa Uskup berkenan membentuk kepengurusan Dewan Stasi, yang dilantik pada 18 Februari 2007.  Dewan Stasi Santo Laurensius yang diketuai oleh RP Donatus Manalu, OSC ini dilantik oleh RP Y.D. Widyasuharjo, OSC.  Pastor Paroki Santa Monika Serpong. Satu bulan setelahnya, yaitu 18 Maret 2007, dilantiklah pengurus Dewan Stasi Pleno yang terdiri dari para Ketua Lingkungan dan Wilayah, serta para Ketua Seksi.  Pada saat pembentukan PPG di tahun 2004, wilayah yang menjadi area pelayanan umatnya mencakup 4 Wilayah, yaitu Wilayah 7A dan 7B di kawasan Alam Sutera dan sekitarnya, serta Wilayah 8 dan 9 di kawasan Gading Serpong dan sekitarnya.  Pada saat Dewan Stasi dilantik, maka Wilayah itu telah dimekarkan serta namanya disesuaikan menjadi 7 Wilayah, yang disebut Wilayah Laurensius 1 sampai dengan 7. Kebutuhan umat yang memerlukan layanan sakramen juga semakin meningkat, sehingga pada 1 September 2007, diberkatilah untuk pertama kalinya 2 pasang mempelai dalam saling menerimakan Sakramen Perkawinan di Gereja Santo Laurensius.  Pada hari yang sama juga telah dilakukan Pembaptisan pada 33 orang bayi.  Disusul 41 orang dewasa yang menerima Pembaptisan pada 23 Desember 2007. Dengan demikian Paroki Santa Monika sangat terbantu dengan inisiatif layanan ini. Layanan-layanan yang lainnya perlahan-lahan mulai diselenggarakan secara mandiri meskipun tetap berada di bawah koordinasi Paroki Santa Monika. Pada malam Natal, 24 Desember 2008, untuk pertama kalinya gedung Gereja Santo Laurensius itu digunakan untuk Perayaan Ekaristi.  Namun mengingat pembangunan belum sepenuhnya selesai maka Perayaan Ekaristi mingguan kembali dilaksanakan di gedung serba guna untuk memberi kesempatan PPG menyelesaikan pembangunan.  Gedung Gereja untuk seterusnya mulai digunakan untuk Perayaan Ekaristi pada saat Pekan Suci di tahun 2009.  Akhirnya, pada 21 Mei 2009, Gedung Gereja Santo Laurensius diresmikan oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Julius Kadinal Darmaatmadja, SJ. Memasuki tahun 2010, umat semakin bergiat dalam kehidupan menggereja.  Bertumbuh dalam iman serta mengembangkan semangat pelayanan seperti yang diteladankan Santo Laurensius.  Pertumbuhan jumlah umat yang berdatangan dan berdomisili di kawasan Serpong dan sekitarnya, membuat Lingkungan dan Wilayah pun ikut semakin bertambah banyak.  Kegiatan-kegiatan seksi dan kelompok kategorial juga semakin berkualitas.  Para imam, pengurus Dewan Stasi dan umat kemudian memberanikan diri untuk mengusulkan kepada Keuskupan Agung Jakarta agar berkenan meningkatkan status menjadi Paroki.  Di lain pihak, dalam rangka memaksimalkan pelayanan, Ordo Salib Suci (OSC), tarekat para imam yang melayani di Paroki Santa Monika dan Stasi Santo Laurensius, bermaksud menyerahkan sepenuhnya penggembalaan umat beriman di Stasi kelak bilamana di kemudian hari menjadi paroki kepada Keuskupan Agung Jakarta, melalui para imamnya.  Namun demikian, jumlah imam yang ditahbiskan tidak sebanding dengan jumlah paroki yang membutuhkan.  Syukur kepada Tuhan, bahwa ada 2 keluarga yang pada pertengahan 2010 telah menyerahkan putra nya untuk dididik menjadi calon imam di Seminari Menengah Wacana Bhakti. Sambil mempersiapkan diri untuk menjadi sebuah paroki mandiri, Dewan Stasi beserta umat bersama-sama melengkapi bangunan dan infrastruktur pendukung dalam kompleks gereja.  Hal ini terlihat dari begitu padatnya kegiatan di stasi setiap minggu dan bahkan setiap hari.  Tidak jarang Pastor beserta pengurus Dewan Stasi mengadakan rapat resmi di bawah pohon atau tenda kecil, karena semua ruangan telah habis digunakan untuk aneka kegiatan umat.  Pada akhir 2010 mulai dibangun gedung Pastoran yang merupakan sumbangan salah satu umat beriman, yang sudah siap di gunakan sejak pertengahan 2011.   Pada 2 Juli 2011, dilaksanakan pemberkatan tiang pancang sebagai awal pembangunan Gedung Karya Pastoral yang panitianya diketuai oleh Bp. Tommy Budiyanto.  Disusul pada 14 Agustus 2011, diadakan pemberkatan Gua Maria Penuh Rahmat yang letaknya juga di dalam kompleks gereja Santo Laurensius.  Sebuah gua sederhana yang memvisualisasikan patung Bunda Maria berbusana kecoklatan dalam adegan khas memberi berkat ini, konon telah mengundang banyak umat dari luar paroki berdoa bersama di sana. Di tengah maraknya kegiatan umat stasi yang salah satunya diwarnai oleh semangat membangun sebuah paroki mandiri, sebagian umat yang berdomisili di kawasan perumahan Gading Serpong, sejak pertengahan 2010 memulai kembali perjalanan panjang impian membangun sebuah gereja di sana.  Impian itu pada dasarnya sudah ada jauh sebelum dimulainya pembangunan Gereja Santo Laurensius.  Beberapa kali impian itu telah diupayakan untuk diwujudkan dalam bentuk rapat informal di antara umat serta pendekatan pada pemilik tanah maupun pengembang di Gading Serpong, dengan tujuan memperoleh sebidang tanah untuk pembangunan gereja.  Namun begitu banyak tantangan yang harus dhadapi sehingga barulah pada pertengahan tahun 2011, RP Aloysius Supandoyo, OSC., bersama Dewan Paroki Santa Monika membentuk Tim Persiapan Pembangunan Gedung Gereja Gading Serpong yang diketuai oleh Bp. Lukas Agung Prasojo.  Tim ini bekerja di bawah tanggung jawab Dewan Paroki Santa Monika, yang bertugas melakukan persiapan seperlunya dalam mengadakan pembelian tanah di kawasan Gading Serpong.  Pada akhir Oktober 2011, Tim ini dinyatakan selesai masa tugasnya dan memperoleh rekomendasi untuk melanjutkan upaya pengadaan tanah tersebut d bawah pembinaan bersama antara Paroki Santa Monika dan Stasi Santo Laurensius bilamana kelak statusnya telah ditingkatkan menjadi Paroki mandiri. Melihat situasi yang ada mengenai minimnya imam di Keuskupan Agung Jakarta, maka Pimpinan Ordo Salib Suci Provinsi Sang Kristus Indonesia yang berkedudukan di Bandung akhirnya berkenan mengutus RP Barnabas Nono Juarno, OSC untuk berkarya sebagai Pastor Kepala bilamana kelak Stasi Santo Laurensius ditingkatkan statusnya menjadi sebuah Paroki, mulai awal tahun 2012, untuk 3 tahun lamanya. Setelah masa itu berakhir maka selanjutnya akan digembalakan oleh para imam KAJ.  Hal ini tampaknya disambut baik oleh pihak Keuskupan dengan segera memutuskan penetapan peningkatan status stasi menjadi paroki. Pada Minggu, 15 Januari 2012, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo menerbitkan Surat Penegasan Pendirian Paroki Santo Laurensius, Alam Sutera – Serpong Utara, Tangerang, dengan no : 025A/3.15/2012.  Juga melantik Dewan Paroki dan Pengurus Gereja dan Dana Papa Roma Katolik Gereja Santo Laurensius, Alam Sutera – Serpong Utara, Tangerang Selatan. Pada awal Paroki ini dibentuk terdapat 2.757 kepala keluarga dengan 9.627 orang umat beriman.  Terbagi dalam 66 lingkungan dengan 16 wilayah.  29 lingkungan / 6 wilayah berada di kawasan Alam Sutera dan sekitarnya, sementara 37 lingkungan / 10 wilayah berada di kawasan Gading Serpong dan sekitarnya. RP Barnabas Nono Juarno, OSC, yang menggembalakan Paroki ini pun akhirnya memperoleh rekan kerja untuk membantu tugas pastoralnya sebagai Pastor Paroki.  Secara berturut-turut, RD Johan Ferdinand Wijshijer, mulai bertugas sejak 1 Maret 2012.  Sebelumnya beliau bertugas di Paroki Kalvari, Lubang Buaya.  Selanjutnya pada 1 Mei 2012, RP Sangker Sihotang, OSC, bergabung melengkapi jajaran imam di Paroki Santo Laurensius.  Sebelumnya beliau bertugas di Paroki Cimahi. Dengan bersemboyankan “Pauperes Sunt Thesauri Ecclesiae”, Kaum Miskin adalah Harta Gereja, maka Paroki Santo Laurensius turut bergiat dalam kehidupan menggereja di Keuskupan Agung Jakarta sebagai Paroki-nya yang ke-62, dan menjadi Paroki ke-11 di Dekenat Tangerang, serta menjadi pemekaran ke-3 dari Paroki Santa Monika, Serpong.



Pengumuman Warta Salus, 22 Mei 2016

PRIORITAS MISA PENERIMAAN KOMUNI PERTAMA TANGGAL 29 MEI 2016.Diumumkan kepada segenap umat yang akan mengikuti Misa Minggu Pagi ke-2 [ pukul 08.30 WIB s/d selesai] di hari Minggu, 29 Mei 2016 di gereja Santo Laurensius, bahwa dalam misa tersebut akan sekaligus dalam rangka pelaksanaan penerimaan Komuni Pertama 2016 gelombang 1. Misa diprioritaskan bagi para peserta komuni pertama beserta orang tuanya. Mohon perhatian Umat-dan-harap-maklum.
MOMEN BERSAMA TUHAN 03 JUNI 2016. Dalam rangka Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah akan diadakan : 1]. Momen bersama Tuhan, tanggal 3 Juni 2016 mulai pukul 05.45 - 24.00 di Gereja. Acara akan diisi dengan Misa dan Adorasi pkl. 05.45-06.30 : Misa pagi, pkl. 06.30-12.00 : adorasi, pkl. 12.00-13.00 : misa jumper siang, pkl. 13.00-19.30 : adorasi, pkl. 19.30-21.00 : misa jumper malam, pkl. 21.00-24.00 : adorasi serta akan ada sakramen pengampunan dosa (sakramen rekonsiliasi), dengan jadwal :sessi 1 : pkl. 08.00-11.00, sessi 2 : pkl. 16.00-18.00, sessi 3 : pkl. 21.00-22.00. 2]. Rekoleksi "PELAYANAN DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN" bersama RD. Sridanto Aribowo tgl 4 Juni 2016, pk. 09.00-11.00 bertempat di Ruang Sukacita, GKP lt. 2. MISA JUMAT PERTAMA JUNI 2016 akan diadakan hari Jumat, 03 Juni 2016, siang hari pukul 12.00 WIB dan malam hari pukul 19.30 WIB. Dalam Ekaristi Jumat Pertama akan diadakan penghormatan Sakramen Mahakudus. Parkir di halaman gereja. Ctt. Petugas Tata Tatib Misa Jumper siang 12.00 Legio Mariae & Koor: PA St. Margaretha Gading Serpong. Tata laksana Jumper malam 19.30: Lingk. St.Bonaventura & Koor: Lingk St.Nicholas
MISA HARI ULANG TAHUN PERKAWINAN (HUP)bulan  MEI    akan diadakan pada hari Sabtu,  28 MEI 2016  , misa Sabtu sore kedua pukul 19.30 WIB. Pasangan suami istri yang merayakan HUP bulan  MEI  diundang untuk hadir dalam misa tersebut. Tempat duduk disediakan di depan bagi keluarga yang merayakan HUP.
PENDAFTARAN EMMAUS JOURNEY ANGKATANXVI."Bukankah hati kita berkobar-kobar ; beroleh persekutuan dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus". Kelompok Spiritualitas Kitab Suci EMMAUS JOURNEY ANGKATAN 16, membuka pendaftaran (Pemuda/i dan Dewasa), mulai tanggal 14 Mei sampai dengan 19 Juli 2016. Info lebih lanjut hubungi : - Susan (0811 977 387) - Cencen (0818 903 540) - Laurentius (0812 9385 1177) Hayati Sabda-Nya serta Terapkan Ajaran-Nya.
KURSUS PENDIDIKAN KITAB SUCI SANTO PAULUS CABANG TANGERANG. Dibuka pendaftaran Kursus pendidikan Kitab Suci tahun ajaran 2016 -2017 Cab Tangerang tempat Gedung Yama Lantai III di area Komersial CBD BSD City. Persyaratan dan keterangan lengkap hubungi: NOVITA - 0818107288 (WA).
KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN [K P P] JUNI 2016Paroki SantoLaurensius – Alam Sutera akan diadakan pada hari Sabtu dan Minggu, 18 Juni s/d 19 Juni 2015, 08.00 – 15.00 dan DIWAJIBKAN mengikuti Program DISCOVERY KAJ hari Sabtu, 11 Juni 2016 pkl. 08.00- 18.00 di Gedung Karya Pastoral Paroki St. Laurensius. Formulir dan syarat pendaftaran di Sekretariat Paroki.
PERMANDIAN ANAK / BAPTISAN BAYI MEI 2016 Paroki St. Laurensius akan diadakan hari Sabtu, 28 Mei 2016, pukul 09.00 – 11.00 dan sebelumnya diadakan pertemuan bagi orang tua calon baptis bayi hari Minggu, 22 Mei 2016 pkl. 10.15 s/d selesai di GKP Paroki ruang Kasih Lt. Dasar. Persyaratan: mengambil formulir di sekretariat dan ditanda tangan ketua lingkungan setempat, fotocopy surat perkawinan gereja Katolik orang tua, fc. KK Katolik/ KK Lingkungan, fc. akte kelahiran [bila sudah ada], fc. Sertifikat Sakramen Penguatan wali baptis dan orang tua wajib hadir dalampertemuan orangtua baptis.
ZIARAH PPG SP. MARIA BENTENG GADING. Dalam rangka pembangunan Gereja SP. Maria Benteng Gading di Gading Serpong dan Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah, PPG Gading Serpong mengadakan Ziarah Rohani ke Yerusalem (Holyland) dan Vatican Roma (Holydoor Jubilee Year of Mercy di Vatican) pada tanggal 31 Agustus s/d 10 September 2016; Ziarah Rohani akan didampingi RD. Yohanes Hadi Suryono. Counter Smiling Tour ada didepan pintu utama gereja dan disediakan Mesin EDC bagi umat yang akan melakukan pembayaran uang muka/tanda jadi dan mendapat informasi lebih lanjut.
PELATIHAN HIDROPONIK (Teori dan Praktek) akan diadakan pada hari Sabtu, 11 Juni 2016 pkl 08.30 s/d pk 13.00 WIB di GKP Rg. Kasih. Biaya Rp 130.000,- (pengganti stater kit dan konsumsi). Transfer ke BCA 7330798488 a.n. Natalia Wirahadisaputra. Bukti transfer kirim ke WA/SMS 0811.1662954. Seusai pelatihan, peserta akan pulang dengan membawa starter kit dan siap bertanam di rumah. Peserta terbatas 100 Orang saja. Pelatihan ini terbuka untuk umum. 
PDKK ST. LAURENSIUS. Syalom ….Saudara/i terkasih dalam KristusPDKK St. Laurensius mengundang Bapak-Ibu Saudara/i sekalian dalam persekutuan doa bersama, pendalaman Firmanpada PDKK Malam hari Kamis, 22 Mei 2016, pkl 19.30 dan PDKK Pagidihari Rabu, 01 Juni ‘16, pkl 10.30-12.00 di GKPParoki Rg Kasih Lt. Dasar.
WEEKEND ROSES KE-1 St.Laurensius akan diadakan 19,20,21 Juni 2016 di Darmawan Park, Sentul City; utk usia : kelas VII s/d IX Pendaftaran Nanie 08158868687 Maria 08128607860 Diena 08161443878 Paurina 0811950149. E-mail: roseslaurensius@gmail.com. Biaya Daftar Rp 390.000,-
 CELL GROUP MINGGUAN KKMKSanto Laurensiusmengundang orang muda Katolik, pria/wanita, sudah bekerja dan belum menikah, hadir dalam acara Cell Group Mingguan, setiap hari Kamis, pkl 19.45 WIB di GKP Paroki. Informasi lanjut hub. Jesica (085946145903), Hardi (087888104660).
PENGUMUMAN SKY (SOBAT KECIL YESUS). SKY hari Minggu 29 Mei 2016 pukul 08.30 – 10.30 DILIBURKAN berkenaan dengan Acara Penerimaan Komuni Pertama di hari tersebut. Mohon perhatian para orang tua anak usia BIA yang ikut serta SKY dan harap maklum.
IBADATKERAHIMANILAHI. Dalam menanggapi sapan panggilan Allah Yang Maha Rahim di Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi 2016 iniKomunitas Kerahiman Ilahi mengundang umat utk berdoa Koronka & Berdoa Jam Kerahiman Ilahi,  hari Jumat, 27 Mei 2016, pk.13.45 - 15.15 wib, ruang Damai Sejahtera GKP Paroki. Mohon bawa Kitab Suci & Buku Harian St. Faustina jika ada.
PAPMEAR TEST kerja sama Wanita Katolik RI Cabang St. Laurensius bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia Minggu, 15 Mei 2016 di klinik Gereja (belakang Toko Rohani/Takom St. Laurensius. Info lanjut Lastri 08161817186.
FOTO BAPTISAN ANAK MARET 2016 & BAPTISAN PASKAH 20 MARET 2016 telah tersedia di sekretariat paroki.Para Orangtua Baptisan Anak dan Peserta Baptis Paskah 2015 dimohon segera mengambil di sekretariat paroki.
PENERIMAAN INTENSI MISA SABTU-MINGGU.Diumumkan kepada seluruh Umat bahwa untuk ketertiban Liturgi maka Intensi Misa Sabtu-Minggu akan diterima di Sekretariat Paroki paling lambat hari Jumat setiap Minggu /Pekan yang bersangkutan. Terimakasih.
KONSER “AVE MARIA”. Dalam rangka penggalangan dana untuk Pembangunan kompleks Goa Maria Padang Bulan, Pringsewu Lampung, akan diadakan Konser "AVE MARIA" pada hari Sabtu, 28 Mei 2016 pukul 19.00 WIB @ Harvest Dome; Lippo Karawaci, Bintang tamu : Lisa A. Riyanto ; Uskup Lampung Mgr Y.H.Yuwono; conductor tamu: Pastor H. Sridanto Aribowo Nataantaka. Untuk reservasi/tiket dapat menghubungi : Elis: 0818808763, Marda : 0878 7743 3504, Lensi : 087771128288
http://www.santo-laurensius.org/2016/05/25/pengumuman-warta-salus-22-mei-2016/

MISA PEMBUKAAN BULAN MARIA dan LAUNCHING ROSARIO MERAH PUTIH

MISA PEMBUKAAN BULAN MARIA 01 MEI 2016 dan LAUNCHING ROSARIO MERAH-PUTIH telah diadakan pada hari Minggu ini, 01 Mei 2016 pukul 19.00 WIB di Gua Maria “Penuh Rahmat” – Paroki Santo Laurensius. Ibadat Pembukaan di Gua Maria “Penuh Rahmat” dilanjutkan dengan perarakan patung Santa Perawan Maria ke Gereja dipimpin RD. Yohanes Hadi Suryono. Sebelum perarakan Rosario Merah-Putih diberkati oleh Romo sambil diiringi doa Rosario Merah-Putih setelah semua Rosario diberkati maka dimulai perarakan dari gua maria ke gedung gereja. Paling depan Salib Kristus oleh Putra Altas dan Bendera Merah Putih dan Bendera Vatikan, Patung Bunda Maria dan sepanjang jalan kiri dan kanan telah berdiri LEGIONER dengan lilin dan diseringi bendera merah putih suasanan sangat heroik dan hikmat


MISA PEMBUKAAN BULAN MARIA dan LAUNCHING ROSARIO MERAH PUTIH


http://www.santo-laurensius.org/2016/05/02/misa-pembukaan-bulan-maria-dan-launching-rosario-merah-putih/

SINODE TENTANG KELUARGA 2014 TEMA HANGAT TELAH DIBAHAS DI VATIKAN

"Kami menerima baik pasangan homoseksual, tetapi tidak memberkati jenis kohabitasi ini. Kami juga tidak memandang kohabitasi mereka sebagai suatu pernikahan atau keluarga".
10 Oktober 2014.
Padre Lombardi, Juru bicara Vatikan, menjelaskan kepada para wartawan pada hari ini, 10 Okt, bahwa para Bapa Sinode telah memasuki tema-tema hangat yang dijadwalkan dalam Instrumentum laboris. Dalam konferensi pers ini hadir pula Kardinal Francesco Coccopalmerio dan Mgr. Paul-André Durocher.
Namun demikian tidak ada hal-hal yang mengejutkan atau mengguncangkan terjadi di dalam Aula Vatikan, khususnya perihal tema-tema hangat seperti akses kepada sakramen-sakramen bagi mereka yang berada dalam situasi 'belum teratur', yang dijadikan oleh media internasional sebagai tema terpenting dalam Sinode 2014.
Kardinal Coccopalmerio menjelaskan bahwa di dalam iklim yang bebas dan terbuka yang diharapkan oleh Paus Fransiskus pada awal pertemuan, "telah banyak dinyatakan pengakuan-pengakuan, kesaksian-kesaksian....satu per satu mengatakan pemikiran mereka dengan semangat. Diantara dua posisi yang ada: kesetiaan kepada doktrin dan pernikahan yang tak terpatahkan di satu sisi, dan di sisi lain sebuah pendekatan pastoral yang penuh belas-kasih; tidak ada antagonisme, pertentangan permusuhan, tetapi saling mendengarkan dengan perhatian, dengan kerendahan hati dan kejujuran.
Hermeneutik, intinya, telah diindikasikan oleh Paus Bergoglio, yaitu: menyelamatkan doktrin, namun dimulai dari individu-individu, dari apa yang mereka butuhkan, dari penderitaan mereka, dari keperluan mendesak mereka. Kata Kard. Coccopalmerio, para Bapa Sinode dihadapkan pada interogasi yang disampaikan oleh Kristus dua ribu tahun yang lalu: "Ketika dombamu jatuh atau anakmu jatuh ke dalam sumur pada hari Sabtu, apa yang akan kau lakukan? Hukum Sabat berlaku, saya menghormatinya, tetapi ada kasus-kasus yang mengharuskan intervensi saya. Ada orang-orang yang memerlukan bantuan saya". Oleh sebab itu, kata kardinal, jawaban harus diberikan kepada "orang-orang yang sungguh-sungguh berada dalam kondisi yang parah dan mendesak". 
Diantara argumentasi yang ada dalam konferensi pers juga ada tema kemungkinan perceraian yang dibolehkan dalam Gereja Ortodoks. Kard. Coccopalmerio menyatakan: "Memang tema itu sering kali dibahas. Masalahnya adalah memahami apa yang terjadi di dalam Gereja Timur. Hanya pernikahan yang pertama adalah pernikahan yang sesungguhnya, Mysterion, kohabitasi lainnya diterima, didampingi dengan pemberkatan demi perdamaian diantara individu-individu bersangkutan, tetapi tidak dianggap sebagai pernikahan yang sesungguhnya". 
Jarang dibicarakan sebaliknya perihal kohabitasi homoseksual, selain daripada sebuah "langkah pastoral untuk mendengarkan mereka dan menerima mereka dengan baik", yang juga diharapkan bagi semua situasi-situasi yang 'sulit'. Di mana diminta "sebuah gaya bahasa yang lebih menghormati", para Bapa Sinode meski demikian telah mengulang pernyataan bahwa "pernikahan adalah antara seorang pria dan seorang wanita". Dan ketika ditanya apakah Gereja selain menerima dengan baik para pasangan homoseksual dapat juga memberkati  mereka, Kard. Coccopalmerio menjawab dengan tegas: "Bagi kami - atas dasar sifat manusia pada umumnya - pernikahan adalah hanya antara seorang pria dan seorang wanita. Kami tidak menghakimi mereka, kami menerima baik para pasangan homoseksual, tetapi untuk memberkati jenis persatuan ini, jelas tidak! Kami juga tidak memandang persatuan mereka sebagai suatu pernikahan atau sebuah keluarga". 
(Oleh: Shirley Hadisandjaja / disadur dari Tempi, 10 Okt 2014).

http://www.santo-laurensius.org/2014/10/10/sinode-tentang-keluarga-2014-tema-hangat-telah-dibahas-di-vatikan/

Mengenal Uskup Bandung, Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC

UT DILIGATIS INVICEM
Kasihilah Seorang Akan Yang Lain
(Motto Penggembalaan Uskup Bandung)
Senja itu, 25 Agustus 2014, jalanan di seputar Kampus ITB - Bandung sangat padat, entah berapa ratus kendaraan masuk ke komplek Kampus, tepatnya ke Sasana Budaya Ganesha ITB guna menghadiri Misa Tahbisan Uskup Bandung, Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC
Pada tahun 2003 seorang ibu memohon kepada Mgr Alexander Djajasiswaja, Uskup Bandung, “Bapak Uskup, tolong doakan anak saya supaya bisa jadi Uskup seperti Bapak Uskup”. Sebelas tahun kemudian anak tersebut ditahbiskan menjadi Uskup Bandung, dengan Penahbis Utama Mgr Ignatius Suharyo, Penahbis 1 Mgr Johannes Pujasumarta dan Penahbis 2 Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM
Sang Gembala dari Cicadas
Di sebuah Rumah Sakit di Cicadas - Bandung pada tanggal 14 Februari 1968 terdengarlah tangis bayi yang baru lahir yang disambut dengan suka cita oleh kedua orang tuanya Mathias Bunjamin dan Agnes Eniwaty. Sang jabang bayi diberi nama Antonius Subianto Bunjamin yang mempunyai arti Anak Yang Berbudi (Dari arti nama Subianto)
Anton merasakan benar bagaimana kedua orang tuanya mengasihi anak-anaknya, demikan juga mereka satu dengan yang lain walaupun hidup mereka penuh dengan kesederhanaan. Pada suatu hari mama Agnes mengatakan kepada anak-anaknya, “Mama ingin dari antara anak mama ada yang menjadi imam. Mama akan berdoa terus untuk niat mama ini”. Mama Agnes yang rajin ke gereja setiap pagi sangat serius dalam keinginannya dengan selalu berdoa.
Anton dengan setia menemani mama Agnes pergi ke gereja setiap pagi dan kebetulan Anton kecil adalah Putra Altar yang nyaris bertugas setiap pagi. Anton juga sangat terkesan pada rajinnya Papa Mathias yang setiap pagi berdoa di depan patung Bunda Maria. Semua ini rupanya menanamkan bibit pelayanan kepada Allah dalam diri Anton.
Ketika Anton duduk di kelas 3 SMP pastor Agustinus Made OSC, pastor Paroki Santa Odilia, menawarkan sesuatu yang ternyata menjadi awal perjalanan imamatnya. “Anton, apakah kamu mau masuk Seminari Menengah Mertoyudan ?” mendengar Mertoyudan, tanpa berpikir panjang, Anton remaja langsung mengiyakan.
Walaupun sang mama berkeinginan kuat agar anaknya menjadi imam, diluar dugaan justru melarangnya “Mama takut kamu nanti keluar sebelum selesai sekolah, malu !” Selang seminggu kemudian Anton memberanikan diri untuk meminta persetujuan kedua orang tuanya pada formulir Mertoyudan. Disitulah mama Agnes terharu karena doanya terkabul, dengan modal doa restu kedua orang tua dan keluarga dengan langkah mantab Anton remaja mencapai Seminari Menengah Mertoyudan.
Anton masuk Biara Novisiat OSC pada tanggal 18 Juli 1988. Setelah melalui tempaan pendidikan sebagai calon imam akhirnya Frater Anton mengucapkan kaul kekal pada tanggal 28 Agustus 1994 dan ditahbiskan sebagai imam pada tanggal 26 Juni 1996 di Paroki St Laurensius - Sukajadi Bandung oleh Mgr Alexander Djajasiswaja (alm)
UBI ERGO SUM, IBI DEO SERVIO
Dimana Saya Berada, Disitu Saya Mengabdi Tuhan
(Motto penyemangat panggilan Pastor Anton)
Disamping sebagai imam, Pastor Anton juga memberikan pelayanan sebagai dosen dan karena dianggap mampu oleh pimpinan maka ia dikirim untuk kuliah Lisensiat Filsafat di Universiteit Katholieke Leuven - Belgia pada tahun 1996 - 1998. Tidak hanya sampai disitu, pada tahun 2004 - 2007 Pastor Anton menyelesaikan Doktor Filsafat di Pontificia Universita Lateranense - Roma
Disamping menjabat sebagai Prior Provinsial OSC, Pastor Anton masih disibukan sebagai Sekretaris Yayasan dan Direktur Eksekutif Yayasan Salib Suci yang mempunyai 69 sekolah di wilayah Keuskupan Bandung, Sekretaris Dewan Pembina Yayasan Universitas Katolik Parahyangan dan baru saja terpilih sebagai Pengawas APTIK (2014 - 2017)
Kesibukan yang luar biasa tersebut tidak mengurangi Pastor Anton, sebagai Prior Provinsial OSC, untuk mengenal pribadi-pribadi imam OSC yang dipimpinnya, dengan semisal sedapat mungkin mengunjungi atau menyapa para imam yang berulang tahun atau sedang mengalami duka dengan meninggalnya keluarga dekatnya.
Saat mengunjungi para imam OSC di Sumatera Utara, Pastor Anton dipanggil oleh Nuntius, Mgr Antonio Guido Fillipazzi, sebagai wakil Paus Fransiskus untuk menghadap. Pastor Anton yang senantiasa berpikir positif tidak menduga apapun terhadap panggilan tersebut.
Tanggal 24 Mei 2014 seusai bertugas di Sumatera Utara, dengan masih menyandang ransel dan kelelahan yang menghampiri tubuhnya, ia pun memenuhi undangan panggilan tersebut.
Setelah sapa ramah dan saling bertanya kabar, Nuntius pun mengungkapkan maksud undangannya “Pastor Anton, Bapa Suci memilih anda sebagai Uskup Bandung”
Pastor Anton langsung terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Dalam diamnya ia teringat pada sebuah artikel Evangelii Gaudium dari Paus Fransiskus yang baru saja dibaca di pesawat. maka ia pun langsung berkata ...
“Yang Mulia, saya ini pelayan Gereja, kapanpun Gereja membutuhkan saya, saya siap melayani. Apapun yang Bapa Paus minta, saya akan melakukannya”
Disarikan dari : Buku Kenangan Tahbisan Uskup Bandung  

http://www.santo-laurensius.org/2014/10/02/mengenal-uskup-bandung-mgr-antonius-subianto-bunjamin-osc/

INFORMASI PAROKI & KEGIATAN PAROKI - 23/09/2018

INFORMASI PAROKI & KEGIATAN PAROKI MISA REMAJA 30 SEPTEMBER 2018. Seluruh remaja usia BIR(10- 15th) diundang hadir untuk menghadiri Misa...